cse

Loading

Rabu, 29 Mei 2013

senam otak

Senam Otak Brain gym adalah rangkaian latihan berbasis gerakan tubuh sederhana. Dapat dilakukan di mana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja.
Sebelum melakukan rangkaian gerakan senam otak dianjurkan terlebih dahulu meminum air, karena air adalah unsur pembawa energi listrik Air mengandung mineral. Air putih bahkan membantu memperlancar peredaran darah dan oksigen ke seluruh tubuh. Kekurangan air akan membuat otot menegang sehingga tubuh tidak merasa nyaman. Berikut beberapa gerakan dasar senam otak untuk Anda latih menurut dr Jumraini Tammase, SpS:

GERAKAN SILANG.
Cara: Kaki dan tangan digerakkan secara berlawanan. Bisa ke depan, samping, atau belakang. agar lebih ceria Anda bisa menyelaraskan gerakan dengan irama musik.
Manfaat: Merangsang bagian otak yang menerima informasi (receptive) dan bagian yang menggunakan informasi (expressive) sehingga memudahkan proses mempelajari hal-hal baru dan meningkatkan daya ingat.
OLENGAN PINGGUL.
Cara: Duduk di lantai. Posisi tangan ke belakang, menumpu ke lantai dengan siku di tekuk. Angkat kaki sedikit lalu oleng-olengkan pinggul ke kiri dan ke kanan dengan rileks.
Manfaat: mengaktifkan otak untuk kemampuan belajar, melihat ke kiri dan ke kanan, kemampuan memperhatikan dan memahami.
PENGISI ENERGI.
Cara: Duduk nyaman di kursi, kedua lengan bawah dan dahi diletakkan di atas meja. Tangan ditempatkan di depan bahu dengan jari-jari menghadap sedikit ke dalam. Ketika menarik napas, rasakan nafas mengalir ke garis tengah seperti pancuran energi, mengangkat dahi, kemudian tengkuk, dan terakhir punggung atas. Diafragma dan dada tetap terbuka dan bahu tetap rileks.
Manfaat: Mengembalikan vitalitas otak setelah serangkaian aktifitas yang melelahkan, mengusir stres, meningkatkan konsentrasi dan perhatian serta meningkatkan kemampuan memahami dan berpikir rasional.
MENGUAP BERENERGI
Cara: Bukalah mulut seperti hendak menguap lalu pijatlah otot-otot di sekitar persendian rahang. Lalu menguaplah dengan bersuara untuk melemaskan otot-otot tersebut.
Manfaat: Mengaktifkan otak untuk peningkatan oksigen agar otak berfungsi secara efisien dan rileks, meningkatkan perhatian dan daya penglihatan, memperbaiki komunikasi lisan dan ekspresif serta meningkatkan kemampuan untuk memilah informasi.
LUNCURAN GRAVITASI
Cara: Duduk di kursi dan silangkan kaki. Tundukkan badan dengan lengan ke depan bawah. Buang napas ketika turun dan ambil napas ketika naik. Lakukan dengan posisi kaki berganti-ganti.
Manfaat: Mengaktifkan rasa keseimbangan dan koordinasi, meningkatkan kemampuan mengorganisasi dan meningkatkan energi.
TOMBOL IMBANG
Cara: Sentuhkan dua jari ke belakang telinga, pada lekukan di belakang telinga sementara tangan satunya lagi menyentuh pusar selama kurang lebih 30 menit.
TOMBOL BUMI
Cara: Ujung salah satu tangan menyentuh bawah bibir, ujung jari lainnya di pinggir atas tulang kemaluan. Di sentuh selama 30 detik atau 4-6 kali tarikan napas penuh.
Manfaat: Meningkatkan koordinasi dan konsentrasi (melihat secara vertikal dan horizontal sekaligus tanpa keliru, seperti saat membaca kolom dalam tabel).
Manfaat: Mengurangi kelelahan mental (stres), mengoptimalkan jenis pekerjaan seperti organisasi, perancangan seni, pembukuan
KAIT RELAKS
Cara: Tumpangkan kaki kiri di atas kaki kanan, dan tangan kiri di atas tangan kanan dengan posisi jempol ke bawah. Jemari kedua tangan saling menggenggam, kemudian tarik tangan ke arah pusar dan terus ke depan dada. Pejamkan mata dan saat menarik
napas, lidah ditempelkan ke langit-langit mulut dan lepaskan saat mengembuskan napas. Berikutnya, buka silangan kaki, dan ujungujung jari tangan saling bersentuhan secara halus di dada atau di pangkuan, sambil mengambil napas dalam 1 menit lagi.
Manfaat: Meningkatkan koordinasi motorik halus dan pemikiran logis, dan pemusatan emosional. Mendengar aktif, berbicara lugas, menghadapi tes dan bekerja dengan papan ketik, pengendalian diri dan keseimbangan. (nin)
Banyak manfaat yang dapat diperoleh jika kita rutin melakukan senam otak atau brain Gym. Diantaranya, kata dr Jumraini SpS, pikiran makin fresh dan mudah konsentrasi.
Berikut manfaat senam otak:
  1. Memungkinkan belajar dan bekerja tanpa stres.
  2. Dapat dipakai dalam waktu singkat (kurang dari 5menit).
  3. Tidak memerlukan bahan atau tempat khusus.
  4. Dapat dipakai dalam semua situasi termasuk saatbelajar/bekerja.
  5. Meningkatkan kepercayaan diri.
  6. Menunjukkan hasil dengan segera.
  7. Dapat dijelaskan secara neurofisiologi: “why learning is not all in your head” kata Dr. Carla Hannaford.
  8. Sangat efektif dalam penanganan seseorang yang mengalami hambatan dan stres belajar.
  9. Memandirikan seseorang dalam hal belajar, dan mengaktifkan seluruh potensi dan keterampilan yang dimiliki seseorang.
  10. Diakui sebagai salah satu tehnik belajar yang paling baik oleh National Learning Foundation USA, dan sudah tersebar luas di lebih dari 80 negara.
Disini Saya akan memberi pengetahuan tentang Penyebab atau kebiasaan yang dapat merusak otak kita. Diambil dari sumber dr Jumraini Tammase, SpS/FK Unhas :
  1. Tidak sarapan pagi
  2. Makan terlalu banyak
  3. Merokok
  4. Mengkonsumsi gula terlalu banyak
  5. Tidak memakai masker polusi udara
  6. Kurang tidur
  7. Menutup kepala saat tidur
  8. Kurang menstimulasi pikiran
  9. Jarang berkomunikasi
  10. Berpikir keras saat sakit.

Resiko Kehamilan Pada Wanita dengan Hipertensi


Hipertensi dalam kehamilan adalah komplikasi pada 6-8% dari seluruh kehamilan dan penyebab kedua kematian maternal. Walaupun beberapa laporan mengatakan tidak ada konsekuensi kesehatan maternal yang buruk setelah persalinan pada kehamilan dengan komplikasi hipertensi, tapi lebih banyak penelitian terbaru yang menunjukkan peningkatan mortalitas dan morbiditas khususnya disebabkan oleh kardiovaskuler.
Penyakit hipertensi dalam kehamilan selalu dihubungkan dengan kelainan metabolik yang bervariasi yang diketahui sebagai faktor resiko penyakit kardiovaskuler. Peningkatan IMT sebelum hamil dihubungkan dengan berbagai komplikasi dalam kehamilan termasuk peeklampsia juga berhubungan dengan mortalitas dan morbiditas karena penyakit kardiovaskuler. Namun, hubungan antara IMT dan hipertensi dalam kehamilan dengan mortalitas tidak terlalu jelas. Dalam penelitian ini diperiksa hubungan antara IMT sebelum hamil, hipertensi dalam kehamilan dan kematian maternal.
Pada penelitian ini dianalisis data dari wanita Jerusalem yang melahirkan dalam tahun 1975 – 1976 dan ditanyakan berat badan dan tinggi badan mereka sebelum hamil. Penyakit hipertensi pada kehamilan disini yaitu hipertensi dalam kehamilan dan preeklampsia.
Analisis final dibatasi pada wanita yang hidup sampai tahun 1978 dan siapa yang data IMT sebelum hamilnya diketahui (n=13,722). IMT < 18,5 kg/m2 adalah berat badan kurang, 18,5 – 24,9 berat badan normal, 25 – 29,9 berat badan lebih, ≥30 obesitas. Hipertensi pada kehamilan ini didefinisikan sebagai riwayat preeklampsia atau hipertensi dalam kehamilan dalam indeks masa hamil dan setelah hamil.
Peserta yang hidup ini disaring pada 1 Januari 2005. Kemudian kami menyusun 2 model yaitu wanita yang bertahan hidup < 15 tahun dan wanita yang bertahan hidup > 15 tahun.

Hasilnya, seperti yang diduga hipertensi pada kehamilan meningkat dengan meningkatnya IMT. Rata-rata kasarnya 3.3% dan 5.3% pada berat badan kurang dan normal, 14.8% dan 26.9% untuk wanita berat badan lebih dan obes. Setelah disesuaikan dengan umur, rasio kemugkinan adalah 0.67% (95% CI, 0.48-0.92) untuk berat badan kurang, 1 (kategori referensi) untuk berat badan normal, 2.82 (2.40-3.31) untuk berat badan lebih dan 5.51 (4.15-7.31) untuk wanita obes.
Dibandingkan dengan wanita dengan berat badan normal sebelum hamil, mereka yang kelebihan berat badan menunjukkan peningkatan 143%. Sesuai dengan umur, rasio resiko pada 4 kelompok ini adalah 1.05 (95% CI, 0.73-1.53), 1(kelompok referensi), 1.42 (1.10-1.83), dan 2.43 (1.61-3.68).
Kemudian kami membuat 2 model dari peserta yang bertahan hidup setelah hipertensi pada kehamilan : pertama untuk follow-up selama 15 tahun pertama, kedua follow-up setelah 15 tahun. Pada 15 tahun pertama setelah persalinan, tidak ada perbedaan yang signifikan yang dicatat dari pasien yang pernah mengalami hipertensi pada kehamilan dengan yang normal (rasio resiko menurut umur, 1.05 (95% CI, 0.49-2.27); rasio resiko menurut umur dan IMT, 1.14 (0.42-2.49). Setelah 15 tahun follow-up, penurunan yang signifikan angka keselamatan tampak pada wanita yang pernah mengalami hipertensi pada kehamilan dengan yang tidak. Rasio resiko menurut umur untuk mortalitas setelah hipertensi pada kehamilan, sesuai umur Ibu, adalah 1.94 (1.42-2.67).
Hasil ini tetap signifikan, walaupun sedikit berkurang, setelah ditambahkan IMT sebelum hamil pada model (rasio resiko, 1.65 (1.19, 2.79).
Penelitian ini menunjukkan bahwa kenaikan IMT berhubungan dengan peningkatan resiko hipertensi pada kehamilan dimana hipertensi pada kehamilan ini berhubungan dengan meningkatnya mortalitas maternal pada mereka yang hidup lebih dari 15 tahun. Rasio resiko mortalitas setelah hipertensi pada kehamilan tetap signifikan, walaupun sedikit menurun setelah ditambahkan IMT, yang berarti IMT juga berpengaruh, tapi tidak sepenuhnya menjelaskan, meningkatnya mortalitas. Peningkatan IMT sebelum hamil berhubungan dengan meningkatnya mortalitas maternal setelah menderita hipertensi pada kehamilan.

Selasa, 14 Mei 2013

Perdarahan intraventrikuler primer



Donna Octaviani,* Riwanti Estiasari,* M. Kurniawan,* David Tandian**
*Departement of Neurology Medical Faculty University of Indonesia
Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta
**Departement of Neurosurgery Medical Faculty University of Indonesia
Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta


Abstrak:
 Primary Intraventricular Hemorrhage (PIVH) merupakan perdarahan intraserebral
non traumatik yang terbatas pada sistem ventrikel atau yang timbul di dalam atau pada sisi
dari ventrikel. “Primary” menandakan tampilan patologik dan bukan menandakan etiologi
yang tidak diketahui. Sepertiga pasien PIVH meninggal dalam perawatan di rumah sakit (39%).
Faktor risiko pada PIVH sebagian besar berasal dari perdarahan hipertensi pada arteri
parenkim yang sangat kecil dari jaringan yang sangat dekat dengan sistem ventrikuler. Sindrom
klinis IVH menurut Caplan menyerupai gejala SAH, berupa sakit kepala mendadak, kaku kuduk,
muntah dan letargi. CT Scan kepala sangat sensitif dalam mengidentifikasi perdarahan akut
dan dipertimbangkan sebagai gold standard. Terapi konvensional PIVH berpusat pada
tatalaksana hipertensi dan peningkatan tekanan intrakranial bersamaan dengan koreksi
koagulopati dan mencegah komplikasi seperti perdarahan ulang dan hidrosefalus.
Kata kunci: Hipertensi, faktor risiko, perdarahan intraventrikuler primer

Selasa, 07 Mei 2013

bell's pussy


Pada penderita Bell’s palsy, terjadi unilateral facial paralysis yaitu kelumpuhan otot wajah yang terjadi hanya pada satu sisi saja. Kejadian ini dapat terjadi secara dramatis namun bersifat self-limiting, (bisa sembuh dengan sendirinya), dan hanya sementara.
Gejala dan Tanda
Orang pada semua kelompok umur dapat terkena Bell’s palsy, namun yang paling sering terkena adalah usia paruh baya. Lebih sering terjadi pada wanita daripada pria. Pada anak-anak, kejadian ini biasanya dikaitkan dengan infeksi virus, penyakit Lyme, atau sakit telinga. Ada banyak variasi dalam keparahan gejala dan tanda. Cirri khasnya adalah kehilangan kendali otot secara tiba-tiba pada satu sisi wajah, dan memberikan tampilan wajah yang kaku. Penderita sulit untuk tersenyum, menutup mata, mengedip, atau menaikkan alis.
Beberapa pasien (terutama yang menderita multiple sclerosis) mengalami rasa sakit sebelum terjadinya paralysis (kelumpuhan). Bila gejala utamanya adalah vertigo atau tinnitus (telinga berdengung), maka dapat dicurigai adanya infeksi herpes zoster pada telinga dan dengan demikian diagnosisnya bukan lagi Bell’s palsy melainkan sindrom Ramsay Hunt. Ujung mulut biasanya tertarik ke bawah dan menyebabkan air liur mudah menetes. Bicara menjadi tidak jelas, dan penderita mungkin mengalami perubahan fungsi mengecap. Karena kelopak mata tidak dapat ditutup, dapat terjadi kekeringan ataupun ulserasi pada konjungtiva.
Tata laksana
Tidak ada perawatan yang disetujui secara universal untuk Bell’s Palsy. Histamine dan obat vasodilator lain dapat mengurangi durasi, demikian juga kortikosteroid sistemik. Antibiotik okular dan air mata buatan dapat dibutuhkan untuk mencegah ulserasi kornea. Gejala biasanya mulai berkurang secara perlahan dan spontan dalam 1 hingga 2 bulan setelah gejala awal, namun pada beberapa kasus yang lebih berat (mungkin terjadi pada orang lansia) dapat terjadi pada periode waktu yang lebih panjang. Secara keseluruhan, kira-kira 82 % pasien sudah sembuh sempurna dalam waktu 6 bulan.
Penyebab
Ada beberapa hal yang diketahui dapat memicu terjadinya Bell’s palsy, meski hal ini hanya dapat dipastikan hanya pada ¼ kasus. Kejadian atau fenomena yang diduga menjadi pemicu terjadinya Bell’s Palsy adalah
* Otitis media akut
* Perubahan tekanan atmosfir yang tiba-tiba (misalnya saat menyelam atau terbang)
* Terpapar dengan suhu dingin yang ekstrim
* Infeksi lokal dan sistemik (dapat disebabkan oleh virus, bakteri, atau jamur)
* Multiple sclerosis
* Iskhemia pada syaraf di dekat foramen stylomastoid.
Penyebab yang pasti dari kejadian ini belum diketahui, namun bisa terjadi akibat reaktivasi herpes simpleks atau herpes zoster pada ganglion genikulata, edema atau iskhemia syaraf, dan kerusakan syaraf akibat autoimun.

Senin, 06 Mei 2013

5 posisi bersalin



1. Setengah duduk. Posisi setengah duduk juga posisi melahirkan yang umum diterapkan di berbagai rumah sakit atau klinik bersalin di Indonesia. Posisi ini mengharuskan ibu duduk dengan punggung bersandar bantal, kaki ditekuk dan paha dibuka ke arah samping.
Keuntungan: Posisi ini membuat ibu merasa nyaman. Sumbu jalan lahir yang perlu ditempuh untuk bisa keluar lebih pendek. Suplai oksigen dari ibu ke janin berlangsung optimal.
Kekurangan: Posisi ini bisa menyebabkan keluhan pegal di punggung dan kelelahan, apalagi kalau proses persalinannya lama.
2. Lateral (miring). Posisi ini mengharuskan ibu berbaring miring ke kiri atau ke kanan. Salah satu kaki diangkat sedangkan kaki lainnya dalam keadaan lurus. Biasa dilakukan bila posisi kepala bayi belum tepat. Normalnya posisi ubun-ubun bayi berada di depan jalan lahir, menjadi tidak normal bila posisi ubun-ubun berada di belakang atau samping. Miring ke kiri atau ke kanan tergantung posisi ubun-ubun bayi. Jika di kanan, ibu diminta miring ke kanan dengan harapan bayinya akan memutar. Posisi ini juga bisa digunakan bila persalinan berlangsung lama dan ibu sudah kelelahan dengan posisi lainnya.
Keuntungan: Peredaran darah balik ibu mengalir lancar. Pengiriman oksigen dalam darah ibu ke janin melalui plasenta tidak terganggu. Karena tidak terlalu menekan, proses pembukaan berlangsung perlahan-lahan sehingga persalinan relatif lebih nyaman.
Kekurangan: Posisi ini membuat dokter atau bidan sedikit kesulitan membantu proses persalinan. Kepala bayi lebih sulit dipegang atau diarahkan.Bila harus melakukan episiotomi pun posisinya lebih sulit.
3. Berdiri/Setengah jongkok. Dalam satu kesempatan, dr Judi J. Endjun, SpOG, ahli kebidanan dan kandungan bercerita, saat PTT di Timor-Timur (sekarang Timor Leste), ia dibuat tertegun dengan cara wanita sana melahirkan. Ia menyaksikan, sang suami yang istrinya akan melahirkan membakar kayu hingga menjadi bubuk abu, lalu abu itu ditabur di atas lantai rumah. Kemudian dua buah kain digantungkan di atas rumah, tepat di atas abu yang ditebar tadi. Si ibu berpegangan pada kain, dan tak perlu menunggu lama, si bayi langsung lahir dan “mendarat” di atas abu hangat yang steril. Sebuah kearifan lokal yang membuatnya geleng-geleng kepala. Tak hanya di Timor, beberapa suku di China pun ternyata mempunyai kebiasaan yang sama, yakni melahirkan dengan berdiri.
Keuntungan: Posisi ini selaras dengan gaya gravitasi bumi. Sehingga, kekuatan mengejan ibu jauh lebih kuat. Memang, pada posisi berdiri jalan lahir langsung lurus dengan tanah. Seolah-olah ibu menekan tanah dengan kekuatan seluruh tubuhnya. Sehingga dibutuhkan kesiapan semua pihak yang membantu persalinan, jangan sampai bayi “meluncur” terlalu cepat hingga cedera. Supaya hal ini tidak terjadi, biasanya sudah disiapkan bantalan yang empuk dan steril untuk menahan kepala dan tubuh bayi.
Kekurangan: Dokter atau bidan sedikit kesulitan bila harus membantu persalinan melalui episiotomi atau memantau perkembangan pembukaan.
4. Jongkok. Beberapa suku di Indonesia Timur, mulai Lombok Timur hingga Papua, wanitanya mempunyai kebiasaan melahirkan dengan cara jongkok.
Keuntungan: Posisi ini menguntungkan karena pengaruh gravitasi tubuh, ibu tak harus bersusah-payah mengejan. Bayi akan keluar lewat jalan lahir dengan sendirinya.
Kekurangan: Bila tidak disiapkan dengan baik, posisi jongkok amat berpeluang membuat kepala bayi cedera, sebab bayi bisa “meluncur” dengan cepat. Supaya hal ini tidak terjadi, biasanya sudah disiapkan bantalan yang empuk dan steril untuk menahan kepala dan tubuh bayi. Dokter atau bidan pun sedikit kesulitanbila harus membantu persalinan melalui episiotomi atau memantau perkembangan pembukaan.
5. Dalam air. Bisa jadi di Indoensia melahirkan dalam air termasuk hal baru, tetapi di Eropa Timur, terutama di Rusia, cara melahirkan seperti ini sudah sangat lazim. Sampai-sampai muncul anekdot, keunggulan atlet renang Eropa Timur antara lain terbentuk karena sejak lahir bayi-bayi di sana sudah “dipaksa” latihan berenang. Ketika ibu hamil sudah masuk bukaan 5-6, dengan dibantu dokter atau perawat, ibu hamil dimasukkan ke kolam khusus yang dipastikan kebersihan dan sterilisasinya. Temperatur air harus sesuai dengan suhu tubuh ibu, tidak kurang atau lebih, untuk mencegah terjadinya temperature shock saat bayi meluncur ke air.
Keuntungan: Kelebihan utama melahirkan di air adalah ibu sangat rileks, karena adanya rileksasi semua otot tubuh, terutama otot-otot yang terkait dengan proses persalinan. Mengejan menjadi lebih mudah dan tidak merasakan sakit seperti proses persalinan lainnya. Jangan khawatir bayi akan “tenggelam” begitu lahir, sebab selama dalam kandungan pun sejatinya bayi hidup di dalam air ketuban ibu.
Kekurangan: Risiko air tertelan oleh bayi sangat besar, karena itu proses ini membutuhkan kesiapan semua pihak, baik peralatan yang digunakan maupun dokter kandungan, perawat, atau dokter anak yang langsung mengecek keadaan bayi begitu lahir.Bila prosesnya berlangsung terlalu lama, ibu bisa mengalami hipotermia atau suhu tubuh terlalu rendah.

Overweight and obesity in mothers and risk of preterm birth and low birth weight infants: systematic review and meta-analyses


Overweight and obesity in mothers and risk of preterm birth and low birth weight infants: systematic review and meta-analyses

BMJ 2010; 341 doi: http://dx.doi.org/10.1136/bmj.c3428 (Published 20 July 2010)

Abstract

Objective To determine the relation between overweight and obesity in mothers and preterm birth and low birth weight in singleton pregnancies in developed and developing countries.
Design Systematic review and meta-analyses.
Data sources Medline and Embase from their inceptions, and reference lists of identified articles.
Study selection Studies including a reference group of women with normal body mass index that assessed the effect of overweight and obesity on two primary outcomes: preterm birth (before 37 weeks) and low birth weight (<2500 g).
Data extraction Two assessors independently reviewed titles, abstracts, and full articles, extracted data using a piloted data collection form, and assessed quality.
Data synthesis 84 studies (64 cohort and 20 case-control) were included, totalling 1 095 834 women. Although the overall risk of preterm birth was similar in overweight and obese women and women of normal weight, the risk of induced preterm birth was increased in overweight and obese women (relative risk 1.30, 95% confidence interval 1.23 to 1.37). Although overall the risk of having an infant of low birth weight was decreased in overweight and obese women (0.84, 0.75 to 0.95), the decrease was greater in developing countries than in developed countries (0.58, 0.47 to 0.71 v 0.90, 0.79 to 1.01). After accounting for publication bias, the apparent protective effect of overweight and obesity on low birth weight disappeared with the addition of imputed “missing” studies (0.95, 0.85 to 1.07), whereas the risk of preterm birth appeared significantly higher in overweight and obese women (1.24, 1.13 to 1.37).
Conclusions Overweight and obese women have increased risks of preterm birth and induced preterm birth and, after accounting for publication bias, appeared to have increased risks of preterm birth overall. The beneficial effects of maternal overweight and obesity on low birth weight were greater in developing countries and disappeared after accounting for publication bias.


 translate


Kegemukan dan obesitas pada ibu dan risiko kelahiran prematur dan bayi berat lahir rendah: review sistematis dan meta-analisis


BMJ 2010; 341 DOI: http://dx.doi.org/10.1136/bmj.c3428 (Diterbitkan Juli 20, 2010)
Abstrak
Tujuan Untuk menentukan hubungan antara kelebihan berat badan dan obesitas pada ibu dan kelahiran prematur dan berat lahir rendah pada kehamilan tunggal di negara-negara maju dan berkembang.
Desain tinjauan sistematik dan meta-analisis.
Sumber data Medline dan Embase dari inception mereka, dan daftar referensi artikel diidentifikasi.
Studi Studi seleksi termasuk kelompok referensi wanita dengan indeks massa tubuh normal yang menilai pengaruh kelebihan berat badan dan obesitas pada dua hasil utama: kelahiran prematur (sebelum 37 minggu) dan berat lahir rendah (<2500 g).
Data ekstraksi Dua asesor judul independen ditinjau, abstrak, dan artikel penuh, data diambil dengan menggunakan formulir pengumpulan data diujicobakan, dan kualitas dinilai.
Data sintesis 84 studi (64 kohort dan 20 kasus-kontrol) dimasukkan, total 1 095 834 wanita. Meskipun keseluruhan risiko kelahiran prematur adalah serupa pada perempuan dan wanita dengan berat badan normal kelebihan berat badan dan obesitas, risiko akibat kelahiran prematur meningkat pada wanita kelebihan berat badan dan obesitas (risiko relatif 1,30, 95% confidence interval 1,23-1,37). Meskipun secara keseluruhan risiko memiliki bayi dengan berat badan lahir rendah menurun pada wanita kelebihan berat badan dan obesitas (0,84, 0,75-0,95), penurunan ini lebih besar di negara-negara berkembang dibandingkan di negara maju (0,58, 0,47-0,71 v 0,90, 0,79-1,01 ). Setelah akuntansi untuk bias publikasi, efek perlindungan nyata dari kelebihan berat badan dan obesitas pada berat lahir rendah menghilang dengan penambahan diperhitungkan "hilang" Studi (0,95, 0,85-1,07), sedangkan risiko kelahiran prematur muncul secara signifikan lebih tinggi pada wanita kelebihan berat badan dan obesitas (1,24, 1,13-1,37).
Kesimpulan wanita Kegemukan dan obesitas telah meningkatkan risiko kelahiran prematur dan induksi kelahiran prematur dan, setelah memperhitungkan bias publikasi, tampaknya telah meningkatkan risiko kelahiran prematur keseluruhan. Efek menguntungkan dari kelebihan berat badan dan obesitas ibu pada berat lahir rendah yang lebih besar di negara-negara berkembang dan menghilang setelah memperhitungkan bias publikasi.